Bali, KilasKampus.com – Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) Februari lalu telah mengantar Putu Sri Indah Cahyani (18), panggilan akrabnya Indah dan Ni Ketut Ayu Krisma Dewi, dipanggil Krisma yang berasal dari SMAN 3 Denpasar, Bali akan mempresentasikan temuan mereka, yakni pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai superkapasitor, pada International Environment Sustainability Project Olympiad (IESPO) 2016 di Belanda, bulan depan. Walaupun sebagai peraih medali perunggu di ISPO ke-8 di Jakarta 20 – 21 Februari 2016, tetapi kedua siswi tersebut terpilih mewakili Indonesia ke IESPO di Belanda pada Mei – Juni nanti.
Kedua siswi kelas XII tersebut tidak menyangka karena selain peraih medali perunggu, penelitian mereka hanya dikerjakan dalam waktu sekitar 60 hari. Peralatan yang mereka gunakan pun disewa dengan menggunakan uang patungan bersama dan meminjam peralatan milik jurusan Elektronik Fakultas Teknik Universitas Udayana. Kegiatan penelitian dilakukan berhari-hari dari pagi hingga dini hari walaupun kesenangan dan hobi membaca novel atau menonton film mereka korbankan.
Sebagai remaja, Indah dan Krisma memendam rasa ingin terhadap pemanfaatan kulit kakao yang banyak terbuang begitu saja. Mereka pernah bertanya kepada salah seorang dosen elektro dari kampus ternama di Bali tentang apa itu superkapasitor, jawabannya mengecewakan. Mereka cari tahu dari sumber lain diantaranya literatur tentang bahan superkapasitor. Mengandalkan pemahaman secuil tentang superkapasitor akhirnya mereka putuskan meneliti sendiri. Mereka dapatkan limbah kulit kakao dari saudara Indah yang memiliki kebun kakao di Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali.
Dalam penelitian ini, limbah kulit kakao mereka potong kecil-kecil dan dikeringkan dengan suhu tinggi hingga menjadi serbuk hitam seperti karbon. Kemudian serbuk hitam ini dipadatkan dengan ketebalan sekitar satu sentimeter (cm) dengan panjang tujuh cm, serta lebar lima cm, dan diberi beberapa lapisan kawat, serta beberapa bahan lainnya.
Selanjutnya, lapisan serbuk kakao disambungkan ke listrik untuk pengisian energi listrik sekitar satu menit. Setelah dilepas dari pengisian, lapisan bubuk kulit kakao yang sudah distrom itu dihubungkan ke lampu kecil. Hasilnya, lampu menyala selama lebih kurang lima detik, dan Krisma melakukan pengujian berulang-ulang hingga mendapat kesimpulan, bahwa limbah kulit kakao bisa dimanfaatkan sebagai bahan superkapasitor. “Terus terang saja peralatan kami terbatas, kalau peralatan lengkap kami akan membuat menjadi lepengan padat seperti baterai hp,” ujarnya.
Dua siswi SMAN 3 Denpasar yang sedang duduk di kelas XII MIA itu kini sedang mempersiapkan diri ke ajang IESPO bulan depan di Belanda yang akan didampingi pembimbing dari LIPI selama memperdalam penelitiannya. ”Saat ini kami sedang mempersiapkan penyempurnaan karya,” tambah Putu Sri Indah Cahyani kepada baliexpressnews.com.(bd/Kompas/hen/mus)
Recent Posts
- Kisah Tiga Orang Tukang Bangunan
- Buntut Kekerasan Mapala Unisi, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Mundur
- Be Strong Human Resources, Indonesia Ready Active Role in ASEAN Logistics Connectivity
- GERAKAN ANTIKORUPSI: TANDATANGAN PAKTA INTEGRITAS SEBATAS DIATAS KERTAS
- Seminar Jurnalistik di FEB Universitas Pancasila Jakarta
- UPI Tambah Tiga Guru Besar
- Guruku Yang Pilu, Korban Kekerasan Di SMKN 2 Makasar
- Sekolahku Sayang, Guruku Malang
- ITS Kembali Ikut Kompetisi Kapal Tenaga Surya Di Jepang
Leave a comment