SekolahKu
Percobaan Penelitian Siswa Indonesia Dibawa Ke Luar Angkasa Oleh NASA

Jakarta, KilasKampus.com- Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membawa hasil percobaan penelitian siswa-siswi Indonesia ke ruang angkasa. Selain perangkat eksprimen siswa Indonesia, bersamaan pula sejumlah perangkat canggih lainnya miliki NASA, Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa (ESA), serta Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAEA). 

Dalam misi NASA kali ini, Jepang menyertakan alat sentrifugal guna mempelajari sel biologi pada kondisi tanpa gravitasi. Sementara itu, ESA mengirimkan perangkat energy untuk mempelajari kebutuhan energi bagi astronot dalam perjalanannya menuju antariksa dalam jangka panjang. Siswa Indonesia mengirimkan perangkat untuk mempelajari tumbuh tempe dan padi dalam ruang angkasa tanpa gravitasi. NASA sendiri mengirimkan perangkat eksprimen penting yang bernama Spacecraft Fire Experiment I (SAFFIRE), dimana perangkat ini akan mempelajari pembentukan api tanpa gravitasi.

Pelajar-pelajar Indonesia tersebut adalah Gilbert Nadapdap dan Gomos Parulian Manalu , siswa kelas XI jurusan IPA Unggul Del di desa Sitoluana, Laguboti Samosir, Sumatera Utara. Tim siswa sekolah tersebut ingin mengetahui apakah ada perbedaan pertumbuhan ragi yang digunakan untuk membuat tempe di muka bumi (ada gravitasi) dengan pertumbuhan ragi (Rhizophus orizae) di angkasa (tanpa gravitasi). “Ini merupakan percobaan pendahuluan sebelum eksprimen lebih lanjut dalam mempelajari “how to grow in space”, kata Prof. JW Saputro, dari Indonesia Space Research Group dalam siaran persnya. Eksprimen lain, tim siswa Jakarta, Bandung, dan Jayapura untuk mengetahui pertumbuhan padi di antariksa. Setelah sampai di antariksa, perangkat eksprimen ini dimasukkan kedalam nanorack, milik United State National Laboratorium di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS).

Momen yang baik ini dimanfaatkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan melakukan konferensi video dari ruang situasi Kemendikbud di Jakarta dengan pelajar dan guru SMA Unggul Del Laguboti Samosir, Sumatera Utara. Guru pendamping dalam konferensi video adalah Elin Bawekes dan Arini Desianti Parawi. 

Perangkat yang disiapkan dalam eksperimen siswa-siswi Indonesia, terdiri dari dua perangkat, yakni perangkat pertama percobaan Gilbert Nadapdap dan Gomos Parulian Manalu tentang bagaimana tempe tumbuh di ruang angkasa (how to grow tempe in space). Sedangkan, eksperimen kedua perangkat percobaan yang berasal dari tim gabungan siswa dari pelajar SMA di Jakarta, Bandung dan Jayapura, untuk mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa (how to grow rice in space). Kedua kelompok pelajar tersebut menyiapkan perangkat eksperimen dalam bentuk laboratorium mikro selama 6 bulan dan pada Januari 2016 eksprimen mereka lolos flight test NASA. Uji terbang (flight test) oleh NASA sangat ketat dan boleh tidaknya diluncurkan ke International Space Station (ISS) yang ditumpangkan pada alat angkut kargo Cygnus (Cygnus Cargo Freight). 

Sejak diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida pukul 11.05 WIB waktu Jakarta, Rabu (23/3) atau pukul 23.05 waktu setempat Roket Atlas V telah melesat ke angkasa dan membawa dua perangkat eksperimen ilmiah yang disiapkan oleh siswa-siswi Indonesia. Beberapa saat yang lalu roket Atlas V sudah memasuki orbit ISS, dan mengarahkan Cygnus sampai di docking rendezvous tepat dengan ISS. Kemudian para astronot yang berada di ISS akan memindahkan perangkat eksperimen yang dibawa ke Nanorack yakni suatu fasilitas penelitian di US National Laboratorium di dalam ISS.

Sebagai gambaran, apabila stasiun angkasa ISS ini diletakkan di permukaan bumi bentangannya akan seluas lapangan sepak bola. ISS mengorbit dengan kecepatan delapan km per detik dan mengitari bumi 15 – 16 kali dalam 24 jam, dihuni oleh beberapa astronot yang berasal dari beberapa negara yang tinggal bergantian selama beberapa bulan.

Perangkat laboratorium mikro yang dirancang oleh para siswa-siswi dilengkapi dengan kamera digital, sensor, dan micro-controller. Dengan perangkat alat ini dapat diketahui pertumbuhan ragi dan padi di angkasa melalui internet dengan mengunduh foto-foto dari laboratorium mikro yang dipancarkan dari ISS ke bumi.

“Beberapa hari dari sekarang para siswa di Laguboti, Jakarta, Bandung, dan Jayapura mulai mengamati dan mencatat hasil eksperimen mereka,” tambah Prof. JW Saputro. Lebih lanjut Prof. Saputro menjelaskan, para siswa Indonesia sudah mendapat undangan untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka di Annual Conference of the American Society for Gravitational and Space Researh di Washington DC pada Nopember 2016. Kedua tim itu yang dikenal dengan nama tim ragi dan tim padi diberikan fasilitas untuk melakukan pengembangan eksperimennya di Centre for Innovative Learning Serpong,   dan dilanjutkan di Engineering and Flight Test, San Jose, Amerika Serikat. Selama dalam mengembangkan ide mereka mendapat bimbingan dari para ahli berbagai institusi seperti LAPAN, ITB, Surya University.

Dalam diskusi, dan pemilihan topik yang lalu diputuskan berdasarkan bahwa penelitian harus sesuai dengan kondisi di luar angkasa yang berbeda dengan bumi, yakni sedikit cahaya, memiliki gravitasi hampir mendekati nol dan menggunakan media tanam dalam skala laboratorium, serta eksperimen mereka selain untuk kemajuan penelitian luar angkasa, tentu harus memberi dampak untuk Indonesia. “Ini merupakan awal kebangkitan sains dan teknologi di Indonesia,” harap Anies dalam konferensi videonya dengan siswa di Laguboti Samosir, Sumatera Utara .(bd/kompas/Media Indonesia/AS.com).

About the author

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CONTACT US

[email protected]

Jln. Perumahan Kayu Manis Residence No.D8. Kelurahan Kayu Manis. Kota Bogor 16169