Padang, KilasKampus.com – Pusaran MEA bukan hal yang menakutkan tetapi harus dihadapi secara ajek dan bijak. Hal ini yang mendorong mahasiswa Teknik Industri Universitas Andalas menyelenggarakan seminar nasional dengan tema, “Peran Industri Manufaktur Indonesia Dalam Pusaran Pasar Tunggal Asean,” pada Rabu (27/4) di Convention Hall Universitas Andalas Limau Manis Padang. Pembicara seminar menghadirkan Prof. Drajat Irianto, M.Eng., Ir. Rahmad Wahyudi, dan Enny Santiastuti, SH., MH berperan sebagai keynote speaker.
Menurut ketua panitia, Arifdho Yanata seminar ini merupakan rangkaian acara “Industrial Festival (IndFest) 2016” Teknik Industri Universitas Andalas. Seminar ini bertujuan untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia terutama dibidang industri manufaktur. “Saya harapkan kepada setiap mahasiswa yang hadir dapat mengambil pelajaran dan pengetahuan dari para narasumber,” tambah Arifdho.
Staf ahli bidang pemerintahan Sumatera Barat yang mewakili Gubernur Sumbar, Jefrizal Arifin mengatakan, dengan diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) selain memberi peluang bagi Sumatera Barat, memiliki tantangan yang tidak hanya bersifat internal tetapi juga eksternal. Pemerintah daerah berusaha semaksimal mungkin menghadapi MEA dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur, dan membangun interkoneksi antar wilayah.
Lebih lanjut Jefrizal menambahkan, diharapkan perguruan tinggi negeri maupun swasta di Sumatera Barat dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tersertifikasi yang dapat diterima oleh pasar kerja anggota Asean. “Berdasarkan penelitian University Nasional Singapura tahun 2013 propinsi Sumbar menduduki peringkat 17 dari propinsi-propinsi di Indonesia dalam menyediakan tenaga kerja menghadapi indeks saing global”, tambah Jefrizal.
Tujuan MEA adalah menciptakan Asean sebagai kesatuan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi “free flow” atas barang, jasa, manusia, investasi dan modal, dan faktor-faktor produksi sehingga terjadi penghapusan tarif dalam perdagangan antar negara Asean. Kondisi seperti ini tentu akan dihadapi oleh industri manufaktur nasional, diantaranya tingginya biaya logistik. Kenaikan biaya-biaya tersebut terkait dengan kegiatan produksi seperti upah tenaga kerja, tarif listrik, dan lain-lain, sehingga regulasi yang belum berorientasi bisnis, kurangnya jaminan pasokan bahan baku dan energi, atau ketergantungan pada impor, serta pangsa pasar ekspor makin menurun adalah tantangan didepan mata yang harus dihadapi.
Dalam seminar tersebut, pemateri paparan ketiga yang dapat disimpulkan adalah, dalam menghadapi MEA dibutuhkan inovasi-inovasi terbaru menghadapi persaingan global karena inovasi itu merupakan “nyawa” bagi industri manufaktur termasuk industri otomotif. Perkembangan dan kemampuan daya saing industri di Indonesia perlu segera diperkuat apabila tidak dilakukan perkuatan maka pertumbuhan industri dan perekonomian Indonesia akan sulit dipercepat. Selain sektor jasa khususnya jasa industri dan pekerja industri juga harus menjadi perhatian serius karena sangat penting dalam mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian Indonesia kedepan. (bd/Humas Unand)
Related Post
Recent Posts
- Kisah Tiga Orang Tukang Bangunan
- Buntut Kekerasan Mapala Unisi, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Mundur
- Be Strong Human Resources, Indonesia Ready Active Role in ASEAN Logistics Connectivity
- GERAKAN ANTIKORUPSI: TANDATANGAN PAKTA INTEGRITAS SEBATAS DIATAS KERTAS
- Seminar Jurnalistik di FEB Universitas Pancasila Jakarta
- UPI Tambah Tiga Guru Besar
- Guruku Yang Pilu, Korban Kekerasan Di SMKN 2 Makasar
- Sekolahku Sayang, Guruku Malang
- ITS Kembali Ikut Kompetisi Kapal Tenaga Surya Di Jepang
Leave a comment