Yogyakarta, KilasKampus-Motivasi dasar penerapan kantong plastik berbayar ketika berbelanja di pasar karena plastik jenis material yang sulit hancur secara alami (non-degradable). Tetapi beda dengan plastik hasil inovasi mahasiswa UGM yang diolah dari biji durian. Plastik yang diolah dari biji durian dan plastik ramah lingkungan ini disebut “bioplastik” adalah hasil inovasi dari Fajar Bayu Prakoso, Andika Cahya Widyananda, Annisa Fakhriyah Rofi, Dyah Ayu Permatasari Tedjo Pradipto dan Adiyat yang berasal dari mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM Yogyakarta.
Pemakaian plastik yang terus meningkat dari waktu ke waktu yang dapat menimbulkan masalah lingkungan dimana plastik yang digunakan terbuat dari bahan yang sulit terurai hingga mendorong mahasiswa Teknik Kimia mencari jalan keluar menciptakan kantung plastik yang bersifat mudah terurai dengan memanfaatkan biji durian sebagai bahan bakunya.
Menurut Fajar Bayu Prakoso, pengembangan bioplastik bahan baku yang dipilih menggunakan biji durian karena biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Pati berfungsi sebagai pengisi (filler) dalam campuran agar kerapatan bioplastik menjadi tinggi sehingga meningkatkan kekuatan tarik plastik. Disamping itu keberadaan limbah biji durian dapat ditekan, karena hingga kini belum banyak masyarakat yang memanfaatkan biji durian bahkan sebagai limbah yang merusak lingkungan. “Dengan memanfaatkan limbah biji durian ini dapat mengurangi biaya produksi pembuatan bioplastik”, jelas Fajar Bayu Prakoso yang bertindak sebagai ketua tim pengembangan bioplastik.
Lebih lanjut Fajar menjelaskan, langkah pertama dalam pembuatan bioplastik biji durian adalah mengolah biji durian kedalam bentuk tepung. Sebelum dibuat menjadi tepung terlebih dahulu biji durian direndam dalam air kapur selama 2-3 hari untuk menghilangkan getah yang terdapat dalam biji durian tersebut kemudian dijemur selama satu hari. Setelah kering biji durian yang keras dipisahkan dari pati yang berwarna putih kecoklat-coklatan di bagian dalamnya dan mengolahnya menjadi tepung menggunakan penggiling. Tepung yang dihasilkan dicampur dengan sejumlah bahan tambahan, antara lain Low Density Polyethylene (LDPE), Maleic Anhydride (MA), bahan inisiator Perputyl D dan Perputyl Z.
Dalam proses pembuatannya, pati biji durian divariasikan masing-masing bahan tersebut menjadi berbagai variasi. Fajar menuturkan, bioplastik biji durian ini telah melalui uji biodegradasi dengan cara menanamkan bioplastik ke media tanah kompos selama dua bulan. Hasilnya menunjukkan sampel bioplastik tersebut dapat terdegradasi secara sempurna dengan memperlihatkan bertambahnya berat sampel. Penambahan berat ini menunjukkan bahwa air sudah masuk ke dalam sampel dan seiring dengan berjalannya waktu air tersebut akan mendegradasi kandungan pati yang terdapat didalam bioplastik. Anggota tim lain, Annisa menambahkan, hasil penelitian tersebut menunjukkan indikasi bioplastik dapat terurai dan kekuatan tarik plastik sudah masuk rentang standar plastik pada umumnya. Disamping itu, bioplastik ini tahan terhadap suhu panas. Lebih lanjut Annisa mengatakan, kedepan masih perlu penelitian lanjut dan harapannya bioplastik ini dapat diproduksi secara massal sehingga memberi manfaat bagi masyarakat dalam upaya menangani masalah sampah plastik. (bd/ugm/ik-ss)
Recent Posts
- Kisah Tiga Orang Tukang Bangunan
- Buntut Kekerasan Mapala Unisi, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Mundur
- Be Strong Human Resources, Indonesia Ready Active Role in ASEAN Logistics Connectivity
- GERAKAN ANTIKORUPSI: TANDATANGAN PAKTA INTEGRITAS SEBATAS DIATAS KERTAS
- Seminar Jurnalistik di FEB Universitas Pancasila Jakarta
- UPI Tambah Tiga Guru Besar
- Guruku Yang Pilu, Korban Kekerasan Di SMKN 2 Makasar
- Sekolahku Sayang, Guruku Malang
- ITS Kembali Ikut Kompetisi Kapal Tenaga Surya Di Jepang
Leave a comment